Senin, 09 Februari 2015

Reagen untuk Narkoba: Reagen Marquis

Sudah lama tidak post di blog ini. Ya, permasalahannya klasik karena kesibukan sebagai seorang mahasiswa. Lagipula jarak dari kampus hingga tempat tinggalku cukup jauh, sehingga sampai di rumah sudah lelah. Untuk saat ini, aku sedang menjalani kerja praktek. Kegiatan kerja praktek ini merupakan wajib bagi mahasiswa sebagai pengalaman kerja di lapangan. Aku sendiri sebagai mahasiswa kimia melakukan kerja praktek di Laboratorium Forensik Cabang Semarang pada Laboratorium Narkoba Forensik.
Cukup banyak hal yang aku dapat di sini. Hal yang berkesan ketika kerja praktek di laboratorium ini adalah melihat dan menyentuh langsung obat-obatan yang dilarang oleh pemerintah. Tidak lain adalah narkoba. Menarik sekali, di sana kami melakukan uji kualitatif dari narkoba-narkoba itu. Hanya uji kualitatif, sebab dalam undang-undang hanya menyatakan positif atau negatifnya. Sehingga tidak perlu sebanyak apa digunakan. Pada narkoba forensik yang dapat diuji adalah barang bukti narkobanya dan cairan tubuh dari orang yang diduga pengguna narkoba. Cairan tubuh yang dapat dianalisis antara lain darah, "jus" lambung, dan urinnya.

PERHATIAN!

Jika kamu menghendaki tulisan ini, kamu bisa mengunduhnya dengan klik halaman unduhan, (klik) pada artikel blog. Mohon untuk tidak melakukan copy-paste.
Hal yang menarik di sini adalah reagennya. Ada kira-kira 7 reagen yang dipakai untuk uji laboratorium. Reagennya antara lain: Reagen Frohde, Reagen Scott, Reagen Marquis, Reagen Simon, asam nitrat, asam sulfat dan reagen Fast Blue Salt B. Saat ini yang akan dibahas adalah reagen Marquis.
Reagen Marquis merupakan reagen yang dibuat dari 40% formalin yang diasamkan. Reagen ini biasanya digunakan untuk uji terhadap methamphetamin (atau bahasa pasarnya: sabu-sabu). Spesifik memberi warna jingga, apabila dibiarkan berubah warna menjadi kehitaman. Pada reagen Marquis, asam yang digunakan adalah asam sulfat. Formalin yang diasamkan itu membentuk hidrat stabil.
Air didapatkan dari formalin yang tidak pekat. Tetapi perlu diingat bahwa sifat asam sulfat adalah bereaksi hebat dengan air. Hal ini membuat air yang bereaksi dengan formalin berkurang dan kesetimbangan bergeser ke arah formalin dan air. Akibatnya formalin lebih banyak daripada gem-diolnya.
Kemudian, formalin ini bereaksi dengan inti benzena. Di sini, inti benzena pada methamphetamin sifatnya aktif. Sebab methamphetamin termasuk golongan benzilik yang aktif. Sehingga dapat bereaksi dengan formalinnya. Methamphetamin ini bereaksi dengan berubah warna menjadi jingga, ternyata membentuk dimer. Warna jingga ini sebenarnya adalah kation dimer ini. Kation ini dapat terjadi, karena asam sulfat yang memiliki sifat oksidator. Reaksinya terlihat pada gambar ini.
Nah, demikianlah cara kerjanya. Andaikata ada tanggapan, silakan tulis di komentar.

1 komentar:

  1. terimakasih sebelumnya atas informasinya. tapi maaf mba, saya boleh minta sitasinya

    BalasHapus