Kamis, 26 September 2013

Salah Kaprah dalam Perhitungan Kimia

Sebagai Universitas Konservasi, kita juga menggunakan media sosial internet untuk pembelajaran, terutama untuk sharing. Suatu hari, aku membuka Facebook dan menemukan file, milik Pak Muhammad Alaudin yang menurutku menarik. File ini mengejutkanku, sebenarnya. Akupun berpendapat bahwa file yang ditulis itu ada benarnya juga. Penasarankah kamu? Berikut adalah isi file-nya.

Tulisan ini saya sarikan dari diskusi dalam grup di fb yang membahas tentang salah kaprah dalam perhitungan kimia, tentang campuraduknya penggunaan satuan, lambang besaran, dan lambang satuan.

Bagi kita yang berkecimpung di bidang kimia, entah dosen, mahasiswa ataupun guru kimia tentu hafal di luar kepala dengan rumus atau persamaan mol=g/Mr atau M=n/V. Cobalah cermati dengan seksama persamaan itu. Dalam persamaan tersebut terjadi pencampuradukan antara satuan (mol, M dan g) dengan lambang besaran (g dan V).

Bandingkan dengan apa sering kita jumpai di pelajaran Fisika. Dalam Fisika, nama besaran dan nama satuan selalu berbeda, juga lambang besaran dan lambang satuan. Misalnya pasangan besaran dan satuan: massa-kg, panjang-meter, suhu-Kelvin, pasangan lambang besaran dan satuan: m-kg, x-m, T-K, I-A.

Dalam pelajaran Fisika, tidak pernah kita temukan rumus: A = C/t, dengan A = ampere, C = coulomb, dan t = waktu. Guru-guru Fisika selalu menuliskannya sebagai: I = Q/t, dengan: I = kuat arus, dengan satuan: ampere (A), Q = muatan, dengan satuan: coulomb (C), t = waktu, dengan satuan: detik (s).

Mengapa hal yang sama tidak diterapkan di pelajaran Kimia? Setidaknya hal ini dapat memudahkan dalam memahami konsep dan perhitungan di Kimia. Mungkin ada baiknya membuat nama besaran dan nama satuan berbeda dan menggunakannya dengan benar dan konsisten. Misalnya, istilah "jumlah mol" sebaiknya diganti dengan "jumlah zat". Jadi, besarannya adalah jumlah zat, dan satuannya adalah mol.

Dengan cara ini, besaran "jumlah zat" bisa pula memiliki satuan yang berbeda, yaitu "partikel" (ion, molekul, atom, dsb). Untuk mengubah kedua satuan itu; dari jumlah zat menjadi jumlah partikel, digunakan tetapan Avogadro.  Demikian juga dengan lambang besaran dan satuan. Selama ini, sering digunakan lambang M untuk lambang besaran konsentrasi, seperti pada penulisan berikut: M HCl = 0,1 M. akan lebih tepat apabila digunakan lambang besaran yang berbeda dengan lambang satuan, misalnya lambang besarannya C (concentration) dan lambang satuannya M (molar), sehingga penulisannya menjadi: C HCl = 0,1 M. Dengan penerapan ini, harapanya tidak akan muncul rumus yang mencampuradukkan antara lambang besaran dan satuan, seperti contoh di atas. Sehingga akan memudahkan pula dalam operasi hitungan kimia.

Khusus untuk “Mr” perlu diperhatikan juga bahwa Mr (massa molekul relatif) satuannya sma (satuan massa atom) sehingga rumus mol = g/Mr tidak hanya mencampuradukkan antara besaran dan satuan tapi juga tidak tepat jika dirunut pada kesesuaian antara satuan di ruas kiri dan kanan. Untuk perhitungan mol akan lebih tepat jika digunakan massa molar bukan Mr yang satuannya g mol-1. Massa molar dan Mr maknanya berbeda meskipun besarnya (angkanya) sama. Mr adalah massa satu mol zat, sehingga apabila diketahui Mr NaOH = 40, artinya massa 1 mol NaOH adalah 40 gram atau massa molarnya 40 g mol-1. Hal yang sama juga berlaku untuk volum molar gas pada STP (22,4 L mol-1) dan jumlah partikel tiap mol (6 x 10^23 partikel/mol). Tapi lambang untuk massa molar belum dijumpai, apabila massa molar dilambangkan dg mm (ini lambang buatan saya, setuju ga? hehehee…) maka rumus perhitungan mol seharusnya, n = m/mm.

Nah, kurang lebihnya begitu. Sedikit komentar dariku, sebenarnya saya setuju untuk pelurusan ini. Sebab ini boleh dikatakan sebagai standar yang sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Pengetahuan itu adalah milik dunia, bukan milik perorangan. Siapapun boleh mengaksesnya.

Bagi kamu yang menghendaki file itu, tidak perlu mengkopi dan menempelnya. Silakan klik link ini, untuk mengunduhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar